Jumat, 20 Agustus 2010

Menegakkan Kehormatan Bangsa

Senjata adalah alat diplomasi luar negeri. Diujung senjata ada visi kemerdekaan, kemandirian dan kedaulatan bangsa. Dibelakang senjata ada tentara yang setia melindungi negara, konstitusi dan rakyat. Di barisan terdepan ada para pemuda yang siap membela kehormatan dan harga diri bangsa dan negara sebagai pelaksanaan prinsip bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Sekali lagi, untuk kesekian ratus kalinya bangsa ini dihina, diremehkan oleh negeri tetangga. Malaysia menjalankan diplomasi dengan cara yang tidak hormat, menembaki, menagkap petugas Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang tengah melaksanakan tugas menjaga perbatasan NKRI. Untuk kesekian puluh kalinya pula pemerintahan SBY menghiba, memohon agar pelecehan terhadap harga diri bangsa Indonesia diselesaikan dengan cara baik-baik, meski Malaysia sudak menembak.

Kejadian diatas menunjukkan betapa pengecutnya strategi diplomasi yang dijalankan oleh elite politik tua negeri ini. Mereka yang memegang kekuasaan negara kehilangan keberanian untuk berhadapan dengan negara lain. Dalam meja perundingan elit tua tertunduk malu, minder dan hilang percaya diri. Mereka telah bertekuk lutut terlebih dahulu sebelum pertempuran terbuka dibuka dimulai.

Mental pengemis menjadi sebab utama mengapa bangsa ini begitu gampang ditaklukkan. Ketidakyakinan pada kekuatan sumber daya dan rakyat sendiri menyebabkan elite politik saban hari mengemis utang luar negeri, mengemis investasi asing, mengemis tehnologi dan pengetahuan dari bangsa lain. Bahkan untuk membuat UU dan peraturan negara ternyata mereka mengemis bantuan pada ahli-hali asing.

Itulah mengapa begitu sangat mudahnya negara-negara maju mengntrol Indonesia. Kaum imperialis dengan menggunakan kaki tangannya di dalam negeri dengan sangat enteng berhasil merubah konstitusi dasar UUD 1945. Antek-antek negara imperialis telah berhasil memasukkan aturan ekonomi neoliberal ke dalam hukum positif nasional secara subversive. Agen kapitalis multinasional telah sukses membelokkan arah dan haluan negara Republic Indonesia keluar dari cita-cita proklamasi, Pancasila dan UUD 1945.

Sejengkal demi sejengkal, hingga mencapai jutaan hektar tanah negeri ini diambil alih pihak asing Jepang, AS, dan Negara-negara Eropa. Sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikeruk dan diangkut ke negara-negara industri. Bank, uang, yang menjadi jantung ekonomi dikuasai dan dikendalikan oleh asing. Manusia Indonesia menjadi kuli, tidak hanya di luar negeri akan tetapi didalam negerinya sendiri. Di dalam negeri menjadi kuli perkebunan sawit Malaysia, di luar negeri menjadi pembantu membersihkan kotora n orang-orang Malaysia.

Negara Indonesia menjadi ajang permainan bangsa lain, tidak hanya dikeruk, dikuras, akan tetapi diremehkan dan direndahkan. Bahkan diantara-negara-negara tetangga sekalipun, bangsa ini tidak diletakkan dalam posisi yang setara, perbatasan negara diacak-acak, sumber daya alam dicuri, para TKI dianiaya secara tidak berdab.

Bangsa ini harus diselamatkan.!! Kepemimpinan nasional harus diambil alih dari tangan agen nekolim yang tak lagi memiliki pendirian, martabat dan kehormatan. Kendali negara harus direbut dari tangan elite tua yang lemah, rapuh. Saatnya tentara berbaris bersama rakyat, bersama kekuatan pemuda di pabrik, di kampung, kantor-kantor pemerintahan. Melalui persatuan pemuda maka kemerdekaan dapat diwujudakan dan imperialism dan neokolonialisme diberantas sampai dengan akar-akarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar